Selasa, 30 Desember 2014

Sedekah tanpa modal

Salah satu amalan baik yang dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja adalah sedekah. Islam sangat menganjurkan agar pemeluknya dapat mengamalkan ZIS (zakat, infak dan sedekah). Bahkan zakat bukan hanya anjuran, tetapi kwajiban bagi mereka yang telah mempunyai kekayaan satu nisab dengan ketentuan yang telah disyariatkan agama. Kekuatan zakat sangat luar biasa.  Menurut perhitungan, potensi zakat dari masyarakat Indonesia tahun 2011 lebih dari 100 trilyun. Sebuah angka yang spektakuler. Apabila zakat bisa diberdayakan, kemakmuran masyarakat ada didepan mata. Banyak contoh pemberdayaan zakat yang telah memakmurkan masyarakat. Sebut saja pada zaman kekhalifahan Umar Bin Abdul Azis, dimana sebelumnya rakyat dinegeri itu hidup sengsara, miskin karena ulah dari para pejabat Negara sebelumnya yang korup dan memeras rakyatnya. Namun ketika Umar Bin Abdul Aziz tampil sebagai khalifah, beliau membuat reformasi mendasar terutama bidang ekonomi dan birokrasi.  Diceritakan, bahwa setelah beliau diangkat sebagai kholifah, maka beliau, istrinya dan juga anaknya menyerahkan sebagian harta kekayaannya ke baitul mal Negara. Setelah itu, beliau memerintahkan para pejabatnya untuk melakukan hal yang sama. Tak ayal, akibat kebijaksaan itu protes datang dari mana-mana, terutama dari para pejabatnya. Karena demikian, maka para pejabat itu mencoba mencari jalan dengan cara meminta tolong bibinya agar mau mengusulkan ke khalifah untuk merubah kebijakannya. Maka,  sampailah si bibi di kediaman Umar Bin Abdul Azis dengan mengutarakan maksudnya itu. Maka dijawablah bibinya itu melalui isyarat dengan mengambil daging, besi dan lampu. Dipangganglah daging tersebut menggunakan besi diatas lampu sambil mengatakan kepada bibinya “ Bibi, saya takut diperlakukan seperti ini di neraka apabila saya salah dalam mengelola Negara. Oleh sebab itu kebijakan yang saya ambil dengan pejabat harus hidup sederhanya, memenuhi kwajibannya sesuai tugasnya, mengembalikan sesuatu yang tidak menjadi haknya ke baitul mal Negara tidak pernah akan saya cabut. Saya akan maju terus dengan keputusan saya”. Demikian jawaban beliau kepada bibinya. Pembaca yang dirahmati Allah, dari kebijakan beliau,  maka sejarah mencatat bahwa pada saat kepemimpinannya  yang cuma 2 tahun 5 bulan, maka rakyat hidup tentram, gemah ripah lohjinawi. Tidak kurang pangan dan sandang, dan karena demikian, sampai-sampai tidak ditemukan lagi orang yang berhak menerima zakat (mustahik) karena mereka semua berkecukupan.
Sedekah
                Kita, oleh Allah telah dilengkapi anggota tubuh yang cukup guna memenuhi kebutuhan  baik untuk  diri   sendiri  maupun  untuk  membantu orang lain.  Namundemikian  terkait    dengan  sedekah,  ada  yang  berpendapat bahwa sedekah  perlu modal baik berupa uang maupun barang. Dengan pendapat demikian itu, akhirnya bisa membatasi seseorang untuk bersedekah, karena bagi yang  tidak mempunyai kecukupan uang atau barang, maka mereka tidak  bersedekah.  Agama mengajarkan, bahwa dengan anggota tubuhpun,  kita dapat bersedekah tanpa modal. Contohnya, dengan senyum, bisa menjadi sedekah, karena dengan senyum itu dapat menyenangkan hati orang lain. Dengan  nasihat kebaikan juga dapat menjadi sedekah, karena dengan nasihat yang baik dapat membantu menyelamatkan saudara kita baik di dunia dan insaallah di akhirat. Kemudian dengan tangan, juga bisa banyak bersedekah, misalnya: membantu orang lain, menyingkirkan rintangan di jalan, mencari nafkah untuk keluarga, dll. “Abu hurairah ra. berkata, rasulullah bersabda, “Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan shadaqqahnya setiap hari, ketika matahari terbit, mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah shadaqqah, menolong seseorang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkatkan barang ke atas kendaraannya adalah shadaqqah, kata-kata yang baik adalah shadaqqah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah shadaqqa,  dan membersihkan rintangan dari jalan adalah shadaqqah (HR Bukhari dan Muslim)”.

Sedekah akan membawa dua keuntungan bagi yang memberi,  dan satu keuntungan bagi yang menerima. Bagi yang memberi, keuntungan pertama adalah rasa bahagia karena dapat membantu sesama, dimana hal itu memang merupakan kodrat manusia yang dititahkan Allah sebagi mahkluk sosial. Dan kedua, keuntungan fahala dari Allah sesuai yang dijanjikan-Nya. Allah akan menolong hambanya yang mau menolong agama dan  mahkluk-Nya. Dan, karena manusia sebagi mahkluk sosial, maka sekecil apapun pertolongan dari orang lain, nyatanya tetap berbekas di hatinya yaitu timbul rasa berhutang budi dimana  suatu saat ada harapan ingin membalasnya. Kalaupun orang yang kita tolong tidak membalanya, Allah yang akan membalas kebaikan tersebut. Rasulullah membimbing kita untuk segera beramal, karena tidak tahu kapan kita akan dipanggil oleh Allah. “Dari abu Hurairah ia berkata  sesungguhnya rasulullah saw ia bersabda: bersegaralah kalian beramal sebelum datangnya tujuh perkara: 1. Apakah kamu menantikan kemiskinan yang dapat melupakan, 2.kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, 3.sakit yang dapat meneledorkan, 4. Tua renta yang dapat melemahkan, 5. Mati yang dapat menyudahi segala-galanya, 6. Atau menunggu datangnya dajjal padahal ia sejelek -jelek yang ditunggu, 7. Atau menunggu datangnya kiamat padahal kiamat adalah suatu yang amat berat dan menakutkan (HR. Tarmidzi).  (Abu Ilham Al Ayyubi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar