Salah satu amalan baik yang dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja
dan dimana saja adalah sedekah. Islam sangat menganjurkan agar pemeluknya dapat
mengamalkan ZIS (zakat, infak dan sedekah). Bahkan zakat bukan hanya anjuran,
tetapi kwajiban bagi mereka yang telah mempunyai kekayaan satu nisab dengan
ketentuan yang telah disyariatkan agama. Kekuatan zakat sangat luar biasa. Menurut perhitungan, potensi zakat dari
masyarakat Indonesia tahun 2011 lebih dari 100 trilyun. Sebuah angka yang
spektakuler. Apabila zakat bisa diberdayakan, kemakmuran masyarakat ada didepan
mata. Banyak contoh pemberdayaan zakat yang telah memakmurkan masyarakat. Sebut
saja pada zaman kekhalifahan Umar Bin Abdul Azis, dimana sebelumnya rakyat
dinegeri itu hidup sengsara, miskin karena ulah dari para pejabat Negara
sebelumnya yang korup dan memeras rakyatnya. Namun ketika Umar Bin Abdul Aziz
tampil sebagai khalifah, beliau membuat reformasi mendasar terutama bidang
ekonomi dan birokrasi. Diceritakan,
bahwa setelah beliau diangkat sebagai kholifah, maka beliau, istrinya dan juga
anaknya menyerahkan sebagian harta kekayaannya ke baitul mal Negara. Setelah
itu, beliau memerintahkan para pejabatnya untuk melakukan hal yang sama. Tak
ayal, akibat kebijaksaan itu protes datang dari mana-mana, terutama dari para
pejabatnya. Karena demikian, maka para pejabat itu mencoba mencari jalan dengan
cara meminta tolong bibinya agar mau mengusulkan ke khalifah untuk merubah
kebijakannya. Maka, sampailah si bibi di
kediaman Umar Bin Abdul Azis dengan mengutarakan maksudnya itu. Maka dijawablah
bibinya itu melalui isyarat dengan mengambil daging, besi dan lampu.
Dipangganglah daging tersebut menggunakan besi diatas lampu sambil mengatakan
kepada bibinya “ Bibi, saya takut diperlakukan seperti ini di neraka apabila
saya salah dalam mengelola Negara. Oleh sebab itu kebijakan yang saya ambil
dengan pejabat harus hidup sederhanya, memenuhi kwajibannya sesuai tugasnya,
mengembalikan sesuatu yang tidak menjadi haknya ke baitul mal Negara tidak
pernah akan saya cabut. Saya akan maju terus dengan keputusan saya”. Demikian
jawaban beliau kepada bibinya. Pembaca yang dirahmati Allah, dari kebijakan
beliau, maka sejarah mencatat bahwa pada
saat kepemimpinannya yang cuma 2 tahun 5
bulan, maka rakyat hidup tentram, gemah ripah lohjinawi. Tidak kurang pangan
dan sandang, dan karena demikian, sampai-sampai tidak ditemukan lagi orang yang
berhak menerima zakat (mustahik) karena mereka semua berkecukupan.
Sedekah
Kita,
oleh Allah telah dilengkapi anggota tubuh yang cukup guna memenuhi kebutuhan baik untuk diri sendiri maupun
untuk membantu orang lain. Namundemikian terkait
dengan sedekah, ada yang berpendapat
bahwa sedekah perlu modal baik berupa uang maupun barang. Dengan pendapat demikian
itu, akhirnya bisa membatasi seseorang untuk bersedekah, karena bagi yang tidak mempunyai kecukupan uang atau barang,
maka mereka tidak bersedekah. Agama mengajarkan, bahwa dengan anggota tubuhpun,
kita dapat bersedekah tanpa modal. Contohnya,
dengan senyum, bisa menjadi sedekah, karena dengan senyum itu dapat
menyenangkan hati orang lain. Dengan nasihat
kebaikan juga dapat menjadi sedekah, karena dengan nasihat yang baik dapat
membantu menyelamatkan saudara kita baik di dunia dan insaallah di akhirat.
Kemudian dengan tangan, juga bisa banyak bersedekah, misalnya: membantu orang
lain, menyingkirkan rintangan di jalan, mencari nafkah untuk keluarga, dll. “Abu
hurairah ra. berkata, rasulullah bersabda, “Setiap ruas tulang tubuh manusia
wajib dikeluarkan shadaqqahnya setiap hari, ketika matahari terbit, mendamaikan
antara dua orang yang berselisih adalah shadaqqah, menolong seseorang dengan
membantunya menaiki kendaraan atau mengangkatkan barang ke atas kendaraannya
adalah shadaqqah, kata-kata yang baik adalah shadaqqah, tiap-tiap langkahmu
untuk mengerjakan shalat adalah shadaqqa, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah
shadaqqah (HR Bukhari dan Muslim)”.
Sedekah akan membawa dua keuntungan bagi
yang memberi, dan satu keuntungan bagi
yang menerima. Bagi yang memberi, keuntungan pertama adalah rasa bahagia karena
dapat membantu sesama, dimana hal itu memang merupakan kodrat manusia yang
dititahkan Allah sebagi mahkluk sosial. Dan kedua, keuntungan fahala dari Allah
sesuai yang dijanjikan-Nya. Allah akan menolong hambanya yang mau menolong
agama dan mahkluk-Nya. Dan, karena
manusia sebagi mahkluk sosial, maka sekecil apapun pertolongan dari orang lain,
nyatanya tetap berbekas di hatinya yaitu timbul rasa berhutang budi dimana suatu saat ada harapan ingin membalasnya. Kalaupun
orang yang kita tolong tidak membalanya, Allah yang akan membalas kebaikan
tersebut. Rasulullah membimbing kita untuk segera beramal, karena tidak tahu
kapan kita akan dipanggil oleh Allah. “Dari abu Hurairah ia berkata sesungguhnya rasulullah saw ia
bersabda: bersegaralah kalian beramal sebelum datangnya tujuh perkara: 1.
Apakah kamu menantikan kemiskinan yang dapat melupakan, 2.kekayaan yang dapat
menimbulkan kesombongan, 3.sakit yang dapat meneledorkan, 4. Tua renta yang
dapat melemahkan, 5. Mati yang dapat menyudahi segala-galanya, 6. Atau menunggu
datangnya dajjal padahal ia sejelek -jelek yang ditunggu, 7. Atau menunggu
datangnya kiamat padahal kiamat adalah suatu yang amat berat dan menakutkan
(HR. Tarmidzi). (Abu Ilham Al Ayyubi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar