Rabu, 21 Januari 2015

Tiba-tiba menjadi tua

Tiba-tiba menjadi tua


Saya  menulis seperti ini, karena kegelisahan saya dimana tambah hari, tambah bulan, dan tambah tahun, umur  habis begitu saja, hasil kerja belum maksimal, ibadah kepada Allah masih kedodoran  dan tiba-tiba  telah mendekati umur kematian, yaitu suatu peristiwa dimana setiap makhluq yang bernyawa akan mengalaminya. Di dalam Alqur’an surat Ali I’mran:185 Allah berfirman  “ Bahwa setiap yang bernyawa  akan mati“. Tentu sebagai orang yang mempercayai adanya kehidupan sesudah kematian, pertanyaan besarnya adalah apakah hidup kita sesudah mati nanti akan bahagia atau akan sengsara. Dan tentunya kita sangat mengharap semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan kepada kita. Akan tetapi, karena kebahagiaan atau kesengsaraan hidup  sesudah mati sangat ditentukan aktivitas  dalam menapaki kehidupan  saat di dunia ini, maka yang harus selalu diupayakan dan diperhatikan adalah suatu aktivitas yang bernilai kebaikan. Rutinitas kita setiap hari,  adalah bangun pagi dilanjutkan beraktivitas pulang sore hari, malam hari istirahat/tidur, dan kemudian bangun pagi lagi. Begitulah aktivitas sehari-hari, dan sepertinya tidak terasa tiba-tiba  kita telah  tua. Karena  bagi seseorang yang mempunyai aktivitas, merasakan bahwa waktu sepertinya pendek, lebih-lebih  kalau  sudah dikejar target yang harus segera  diselesaikan,  waktu sepertinya begitu cepat habis.  Akan tetapi, bagi seseorang yang    menganggur  hal tersebut tidak berlaku, karena  waktu satu jam bisa terasa satu hari, sehari bisa terasa satu minggu dan seterusnya. Hal itu dapat dimaklumi karena fikiran penganggur tidak terhibur dengan rutinitas kegiatan yang memerlukan perencanaan, perhitungan, dan penilaian. Sering kali kita mendengar ucapan seseorang  kepada orang lain  yang kebetulan jarang ketemu:  “Hai,.. kamu kok kelihatan masih muda? atau kamu kok sudah kelihatan tua?. Dan untuk mengetahui  berapa  sebetulnya  umur seseorang dikatakan muda  atau tua, ada baiknya  apabila kita meminjam batasan yang  diberikan  Ibnu Qoyyim Al Jauzi  dimana tahapan umur manusia dibagi menjadi 5 kelompak:
1.       Masa anak-anak yaitu umur 0 – 15 tahun
2.       Masa muda yaitu umur 15 – 35 tahun
3.       Masa dewasa yaitu umur 35 – 50 tahun
4.       Masa tua yaitu umur 50 -70 tahun, dan
5.       Masa usia lanjut > 70 tahun
Dengan melihat data diatas, umur 50 tahun  telah berada pada  angka 2/3 total umur
manusia yang umum di Indonedia. Artinya sisa hidup seseorang yang akan dijalani di dunia tinggal sekitar 1/3 nya  lagi. Data menyebutkan, angka harapan hidup  bagi orang Indonesia ± 65 tahun, Jepang 80 tahun, Eropa dan AS 85 tahun. Namun  dengan upaya pemerintah untuk terus meningkatkan kesehatan masyarakat, diharapkan angka harapan hidup orang Indonesia menjadi  ± 68 tahun. Pertanyaannya, cukupkah sisa umur tersebut untuk menutupi kekurangan atau kesalahan yang di perbuat  selama 2/3 dari total umur yang sudah di pakai ?. Sebuah pertanyaan yang perlu selalu kita di renungkan.
Untuk apa hidup ini  ?
                 Dalam al Qur’an, disana ditemukan firman Allah dalam surat Adz – Dzaariyaat,  Ayat 56.  yang artinya sbb:  Bahwa tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepadaku”.  Arti ayat tersebut  mudah dipahami, bahwa kita dihidupkan Allah di dunia ini tiada lain untuk beribadah hanya kepada yang memberi hidup yaitu Allah SWT. Ibadah kepada Allah mempunyai arti yang luas dan  dapat dimanifestasikan dalam bentuk hubungan antara makhluk dengan Allah misalnya sholat, puasa, haji. Antara manusia dengan manusia  yang lain misalnya zakat, sedekah, membantu meringankan beban orang lain, dan antara makhluk dengan lingkungannya misalnya menjaga kebersihan, tidak merusak lingkungan dan lain-lain. Dan terkait ibadah yang berhubungan dengan sesama, bagi  Allah bisa bernilai tinggi apabila hal itu dilakukan dengan ikhlas. Contoh ekstrimnya, adalah suatu cerita dari seorang pelacur yang memberikan minum seekor anjing yang akan mati karena kehausan, kemudian ia mengambilkan air dari sumur dan kemudian meminumkannya, maka hal  tersebut ternyata mendapat ridlo dari Allah dan dapat mengantarkannya ia masuk syurga. Sebaliknya ada contoh lain, bahwa pada suatu saat ada seseorang yang mengadukan seorang perempuan kepada Nabi. Disampaikan, bahwa ada seorang perempuan yang ahli  ibadah namun dia sering menyakiti hati orang lain, dimana tempat orang tersebut nanti di akhirat?. Spontan Nabi menjawab di neraka. Maka untuk mengisi sisa umur kita, ada baiknya apabila merenungkan kata-kata bijak: “bahwa menyesal diawal pendapatan, menyesal kemudian tak berguna. Senyampang masih ada waktu dan dengan memohon kepada Allah, semoga Allah selalu memberikan jalan yang terbaik sehingga kita bisa melaksanakan perintah-Nya (Abu Ilham Al Ayyubi). Dari berbagi sumber.


Selasa, 30 Desember 2014

Sedekah tanpa modal

Salah satu amalan baik yang dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja adalah sedekah. Islam sangat menganjurkan agar pemeluknya dapat mengamalkan ZIS (zakat, infak dan sedekah). Bahkan zakat bukan hanya anjuran, tetapi kwajiban bagi mereka yang telah mempunyai kekayaan satu nisab dengan ketentuan yang telah disyariatkan agama. Kekuatan zakat sangat luar biasa.  Menurut perhitungan, potensi zakat dari masyarakat Indonesia tahun 2011 lebih dari 100 trilyun. Sebuah angka yang spektakuler. Apabila zakat bisa diberdayakan, kemakmuran masyarakat ada didepan mata. Banyak contoh pemberdayaan zakat yang telah memakmurkan masyarakat. Sebut saja pada zaman kekhalifahan Umar Bin Abdul Azis, dimana sebelumnya rakyat dinegeri itu hidup sengsara, miskin karena ulah dari para pejabat Negara sebelumnya yang korup dan memeras rakyatnya. Namun ketika Umar Bin Abdul Aziz tampil sebagai khalifah, beliau membuat reformasi mendasar terutama bidang ekonomi dan birokrasi.  Diceritakan, bahwa setelah beliau diangkat sebagai kholifah, maka beliau, istrinya dan juga anaknya menyerahkan sebagian harta kekayaannya ke baitul mal Negara. Setelah itu, beliau memerintahkan para pejabatnya untuk melakukan hal yang sama. Tak ayal, akibat kebijaksaan itu protes datang dari mana-mana, terutama dari para pejabatnya. Karena demikian, maka para pejabat itu mencoba mencari jalan dengan cara meminta tolong bibinya agar mau mengusulkan ke khalifah untuk merubah kebijakannya. Maka,  sampailah si bibi di kediaman Umar Bin Abdul Azis dengan mengutarakan maksudnya itu. Maka dijawablah bibinya itu melalui isyarat dengan mengambil daging, besi dan lampu. Dipangganglah daging tersebut menggunakan besi diatas lampu sambil mengatakan kepada bibinya “ Bibi, saya takut diperlakukan seperti ini di neraka apabila saya salah dalam mengelola Negara. Oleh sebab itu kebijakan yang saya ambil dengan pejabat harus hidup sederhanya, memenuhi kwajibannya sesuai tugasnya, mengembalikan sesuatu yang tidak menjadi haknya ke baitul mal Negara tidak pernah akan saya cabut. Saya akan maju terus dengan keputusan saya”. Demikian jawaban beliau kepada bibinya. Pembaca yang dirahmati Allah, dari kebijakan beliau,  maka sejarah mencatat bahwa pada saat kepemimpinannya  yang cuma 2 tahun 5 bulan, maka rakyat hidup tentram, gemah ripah lohjinawi. Tidak kurang pangan dan sandang, dan karena demikian, sampai-sampai tidak ditemukan lagi orang yang berhak menerima zakat (mustahik) karena mereka semua berkecukupan.
Sedekah
                Kita, oleh Allah telah dilengkapi anggota tubuh yang cukup guna memenuhi kebutuhan  baik untuk  diri   sendiri  maupun  untuk  membantu orang lain.  Namundemikian  terkait    dengan  sedekah,  ada  yang  berpendapat bahwa sedekah  perlu modal baik berupa uang maupun barang. Dengan pendapat demikian itu, akhirnya bisa membatasi seseorang untuk bersedekah, karena bagi yang  tidak mempunyai kecukupan uang atau barang, maka mereka tidak  bersedekah.  Agama mengajarkan, bahwa dengan anggota tubuhpun,  kita dapat bersedekah tanpa modal. Contohnya, dengan senyum, bisa menjadi sedekah, karena dengan senyum itu dapat menyenangkan hati orang lain. Dengan  nasihat kebaikan juga dapat menjadi sedekah, karena dengan nasihat yang baik dapat membantu menyelamatkan saudara kita baik di dunia dan insaallah di akhirat. Kemudian dengan tangan, juga bisa banyak bersedekah, misalnya: membantu orang lain, menyingkirkan rintangan di jalan, mencari nafkah untuk keluarga, dll. “Abu hurairah ra. berkata, rasulullah bersabda, “Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan shadaqqahnya setiap hari, ketika matahari terbit, mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah shadaqqah, menolong seseorang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkatkan barang ke atas kendaraannya adalah shadaqqah, kata-kata yang baik adalah shadaqqah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah shadaqqa,  dan membersihkan rintangan dari jalan adalah shadaqqah (HR Bukhari dan Muslim)”.

Sedekah akan membawa dua keuntungan bagi yang memberi,  dan satu keuntungan bagi yang menerima. Bagi yang memberi, keuntungan pertama adalah rasa bahagia karena dapat membantu sesama, dimana hal itu memang merupakan kodrat manusia yang dititahkan Allah sebagi mahkluk sosial. Dan kedua, keuntungan fahala dari Allah sesuai yang dijanjikan-Nya. Allah akan menolong hambanya yang mau menolong agama dan  mahkluk-Nya. Dan, karena manusia sebagi mahkluk sosial, maka sekecil apapun pertolongan dari orang lain, nyatanya tetap berbekas di hatinya yaitu timbul rasa berhutang budi dimana  suatu saat ada harapan ingin membalasnya. Kalaupun orang yang kita tolong tidak membalanya, Allah yang akan membalas kebaikan tersebut. Rasulullah membimbing kita untuk segera beramal, karena tidak tahu kapan kita akan dipanggil oleh Allah. “Dari abu Hurairah ia berkata  sesungguhnya rasulullah saw ia bersabda: bersegaralah kalian beramal sebelum datangnya tujuh perkara: 1. Apakah kamu menantikan kemiskinan yang dapat melupakan, 2.kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, 3.sakit yang dapat meneledorkan, 4. Tua renta yang dapat melemahkan, 5. Mati yang dapat menyudahi segala-galanya, 6. Atau menunggu datangnya dajjal padahal ia sejelek -jelek yang ditunggu, 7. Atau menunggu datangnya kiamat padahal kiamat adalah suatu yang amat berat dan menakutkan (HR. Tarmidzi).  (Abu Ilham Al Ayyubi).

Ummati, ummati (Refleksi cinta Rasul)

Di salah satu hari jumat bulan rabiul awal 1435 H  ini, derai air mata sempat singgah pada diri saya. Hal tersebut, bukan karena saya bersedih akibat kematian salah satu keluarga, bukan!. Tetapi, karena saya terharu mendengar kisah kekasih kita dan nabi kita Muhammad SAW, yang disampaikan oleh khotib,   yang mana dengan kisah itu dapat mengharu-biru perasaan saya. Kita ketahui, bahwa sejarah Nabi Muhammad SAW telah banyak ditulis oleh beberapa penulis dengan berbagai macam versinya. Namun, tulisan-tulisan tersebut tetap saja memukau untuk dibaca, ditelaah dan kemudian diteladani perilakunya. Mungkin, kalau kita membaca sejarah/cerita tentang topik lain, dengan sekali baca sudah ada yang dilanda kejemuan, namun membaca sejarah beliau beberpa kali, rasa jemu itu tidak  muncul. Ini pengalaman yang saya alami, bahwa  telah beberapa kali saya selesai membaca sejarah beliau dalam buku yang ditulis oleh Muhammad Husain Haikal, namun setelah jeda beberapa waktu, saya ingin membaca kembali.
Kemudian, terkait peringatan maulid nabi saat ini, manurut saya, selain sifat-sifat yang lain salah satu sifat  yang seharusnya perlu kita teladani dari beliau adalah tentang “kebersihan”. Beliau adalah seorang yang sangat peduli terhadap kebersihan dan keindahan. Oleh karenanya beliau selalu tampak bersih, rapih dan  manawan, meskipun beliau juga beraktivitas layaknya seperti orang lain. Hari-hari ini,  diantara kita ada yang merasakan salah satu dampak  ketidak disiplinan kita terhadap kebersihan, yaitu banjir tahunan karena saluran tersumbat sampah yang dibuang  secara sembarangan. Rasanya, kita malu apabila tidak bisa menjaga kebersihan dan keindahan tersebut. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan (HR. Abdullah Bin Mas’ud). Budaya bersih (saat ini, dimulai dari diri kita) harus dimulai, meskipun mungkin kita belum begitu terbiasa. Namun ke depan, dalam rangka menumbuh suburkan disiplin bersih, kiranya kita sepakat, bahwa proses itu perlu dimulai dari anak-anak yang mana di sekolah diajari kebersihan oleh gurunya, di rumah dicontohi oleh orang tua, dan di lingkungan di sediakan fasilitasnya untuk tempat membuang sampah. Kalau hal ini terus dilkukan, insaallah suatu saat kita akan mempunyai generasi yang disiplin menjaga kebersihan karena di memory otaknya tertanam erat tentang pentingnya kebersihan.
Ummati, ummati
                Perjalanan beliau untuk berdakwah menyebarkan agama islam, tidak pernah terhenti meskipun hanya sedetik. Maka, pada suatu saat sampailah beliau harus berdakwah ke Taif. Hal itu dilakukan, dengan satu harapan barangkali sambutan masyarakat Taif tidak seperti di Mekah yaitu selalu memusuhi dan menghalangi dakwah beliau. Namun apa yang terjadi, ternyata harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Dan malahan, kedatangan beliau untuk berdakwah,  oleh masyarakat Taif disambut dengan cacian, hinaan dan kebencian luar biasa. Bahkan karena sangat bencinya, ada beberapa penduduk yang tega melempari batu dan mengenahi gigi beliau yang menyebabkan giginya rontok. Melihat kondisi yang demikian, akhirnya beliau berkeinginan kembali ke Mekah, namun hal itu sempat salah arah sehingga ke jalan jurusan Riyad. Kemudian dikala kondisi seperti itu, Allah mengutus malaikat Jibril untuk menolongnya. Maka datanglah malaikat Jibril dan mengatakan: “Ya Muhammad, Allah telah mengetahui apa yang terjadi pada diri Engkau, oleh karena itu Allah mengutusku untuk menolong Engkau”. Kata malaikat Jibril, “Ya Muhammad katakan kepadaku, apa yang Engkau inginkan terhadap penduduk Taif ?, apakah Engkau menginginkan  gunung uhud aku timpukkan kepada mereka?, atau kalau tidak, apakah Engkau menginginkan buminya aku balik, agar mereka mati semuanya?”. Mendapat pertanyaan dan tawaran yang demikian, apa jawaban dari lisan beliau yang mulai itu?. Beliau menjawab “wahai Jibril, janganlah kau lakukan itu. Mereka melakukan penghinaan kepadaku, karena tidak tahu siapa sebenarnya aku. Biarlah mereka berbuat demikian, siapa tahu nanti anak kuturunannya ada yang mendapat hidayah Allah & mengikuti agamaku”. Subhanallah..inilah pribadi kekasih kita Muhammad SAW.

Pembaca yang dirahmati Allah, bahwa disaat-saat akhir wafatnya beliau, maka malaikat Jibril  menyampaikan kabar tentang kemulyaan yang diberikan Allah kepada beliau. Jibril mengatakan, “Bahwa semua pintu-pintu telah terbuka, dan para malaikat sudah berbaris menanti kerhadiran Ruh-mu di langit. Pintu-pintu surga telah terbuka, dan bidadari-bodadari sudah bersolek menanti Ruh-mu. Sabda rasulullah : “Segala puji bagi Allah, wahai Jibril, berilah aku kabar gembira mengenahi umatku besuk di hari kiamat”. Jibril menjawab: “Bahwa Allah SWT telah berfirman: Sesungguhnya sudah AKU larang semua nabi masuk ke surga sebelum engkau memasuki lebih dulu. Dan AKU larang semua umat sebelum umatmu masuk lebih dulu” (Hadist Qudsi). Sabda Rasulullah: “Sekarang sudah puas hatiku dan hilang pula kesusahanku”. Beliau bersabda: “Wahai malaikat maut, mendekatlah kepadaku”. Kemudian malaikat maut mendekati Rasulullah SAW dan mulai mencabut Ruh beliau. Kata Ali ra: “Sesungguhnya Rasulullah SAW manakala menjelang ajalnya, kedua bibirnya bergera-gerak dua kali, kemudian saya mendekatkan telinga dan mendengarkan beliau mengucapkan perlahan-lahan ‘Ummati..ummati’. Kemudian hilanglah Ruh beliau pada hari senin, rabiul awal. Semoga kita bisa membalas cinta beliau kepada kita, yaitu dengan cara mengikuti sunnah-sunnahnya. (Abu Ilham Al Ayyubi). Dari Berbagai sumber

Selamat tahun baru masehi 2015 “Damai kita bersama”

Tiba-tiba menjadi tua


Saya  menulis seperti ini, karena kegelisahan saya dimana tambah hari, tambah bulan, dan tambah tahun, umur  habis begitu saja, hasil kerja belum maksimal, ibadah kepada Allah masih kedodoran  dan tiba-tiba  telah mendekati umur kematian, yaitu suatu peristiwa dimana setiap makhluq yang bernyawa akan mengalaminya. Di dalam Alqur’an surat Ali I’mran:185 Allah berfirman  “ Bahwa setiap yang bernyawa  akan mati“. Tentu sebagai orang yang mempercayai adanya kehidupan sesudah kematian, pertanyaan besarnya adalah apakah hidup kita sesudah mati nanti akan bahagia atau akan sengsara. Dan tentunya kita sangat mengharap semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan kepada kita. Akan tetapi, karena kebahagiaan atau kesengsaraan hidup  sesudah mati sangat ditentukan aktivitas  dalam menapaki kehidupan  saat di dunia ini, maka yang harus selalu diupayakan dan diperhatikan adalah suatu aktivitas yang bernilai kebaikan. Rutinitas kita setiap hari,  adalah bangun pagi dilanjutkan beraktivitas pulang sore hari, malam hari istirahat/tidur, dan kemudian bangun pagi lagi. Begitulah aktivitas sehari-hari, dan sepertinya tidak terasa tiba-tiba  kita telah  tua. Karena  bagi seseorang yang mempunyai aktivitas, merasakan bahwa waktu sepertinya pendek, lebih-lebih  kalau  sudah dikejar target yang harus segera  diselesaikan,  waktu sepertinya begitu cepat habis.  Akan tetapi, bagi seseorang yang    menganggur  hal tersebut tidak berlaku, karena  waktu satu jam bisa terasa satu hari, sehari bisa terasa satu minggu dan seterusnya. Hal itu dapat dimaklumi karena fikiran penganggur tidak terhibur dengan rutinitas kegiatan yang memerlukan perencanaan, perhitungan, dan penilaian. Sering kali kita mendengar ucapan seseorang  kepada orang lain  yang kebetulan jarang ketemu:  “Hai,.. kamu kok kelihatan masih muda? atau kamu kok sudah kelihatan tua?. Dan untuk mengetahui  berapa  sebetulnya  umur seseorang dikatakan muda  atau tua, ada baiknya  apabila kita meminjam batasan yang  diberikan  Ibnu Qoyyim Al Jauzi  dimana tahapan umur manusia dibagi menjadi 5 kelompak:
1.       Masa anak-anak yaitu umur 0 – 15 tahun
2.       Masa muda yaitu umur 15 – 35 tahun
3.       Masa dewasa yaitu umur 35 – 50 tahun
4.       Masa tua yaitu umur 50 -70 tahun, dan
5.       Masa usia lanjut > 70 tahun
Dengan melihat data diatas, umur 50 tahun  telah berada pada  angka 2/3 total umur
manusia yang umum di Indonedia. Artinya sisa hidup seseorang yang akan dijalani di dunia tinggal sekitar 1/3 nya  lagi. Data menyebutkan, angka harapan hidup  bagi orang Indonesia ± 65 tahun, Jepang 80 tahun, Eropa dan AS 85 tahun. Namun  dengan upaya pemerintah untuk terus meningkatkan kesehatan masyarakat, diharapkan angka harapan hidup orang Indonesia menjadi  ± 68 tahun. Pertanyaannya, cukupkah sisa umur tersebut untuk menutupi kekurangan atau kesalahan yang di perbuat  selama 2/3 dari total umur yang sudah di pakai ?. Sebuah pertanyaan yang perlu selalu kita di renungkan.
Untuk apa hidup ini  ?
                 Dalam al Qur’an, disana ditemukan firman Allah dalam surat Adz – Dzaariyaat,  Ayat 56.  yang artinya sbb:  Bahwa tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepadaku”.  Arti ayat tersebut  mudah dipahami, bahwa kita dihidupkan Allah di dunia ini tiada lain untuk beribadah hanya kepada yang memberi hidup yaitu Allah SWT. Ibadah kepada Allah mempunyai arti yang luas dan  dapat dimanifestasikan dalam bentuk hubungan antara makhluk dengan Allah misalnya sholat, puasa, haji. Antara manusia dengan manusia  yang lain misalnya zakat, sedekah, membantu meringankan beban orang lain, dan antara makhluk dengan lingkungannya misalnya menjaga kebersihan, tidak merusak lingkungan dan lain-lain. Dan terkait ibadah yang berhubungan dengan sesama, bagi  Allah bisa bernilai tinggi apabila hal itu dilakukan dengan ikhlas. Contoh ekstrimnya, adalah suatu cerita dari seorang pelacur yang memberikan minum seekor anjing yang akan mati karena kehausan, kemudian ia mengambilkan air dari sumur dan kemudian meminumkannya, maka hal  tersebut ternyata mendapat ridlo dari Allah dan dapat mengantarkannya ia masuk syurga. Sebaliknya ada contoh lain, bahwa pada suatu saat ada seseorang yang mengadukan seorang perempuan kepada Nabi. Disampaikan, bahwa ada seorang perempuan yang ahli  ibadah namun dia sering menyakiti hati orang lain, dimana tempat orang tersebut nanti di akhirat?. Spontan Nabi menjawab di neraka. Maka untuk mengisi sisa umur kita, ada baiknya apabila merenungkan kata-kata bijak: “bahwa menyesal diawal pendapatan, menyesal kemudian tak berguna. Senyampang masih ada waktu dan dengan memohon kepada Allah, semoga Allah selalu memberikan jalan yang terbaik sehingga kita bisa melaksanakan perintah-Nya (Abu Ilham Al Ayyubi). Dari berbagi sumber.